"Meski demikian, akan tetap ada kesenjangan yang lebar antara kita dan al-Qur'an selama kita belum membayangkan di benak kita dan menghadirkan di dalam visi kita bahwa Al-Quran ini ditujukan kepada suatu umat yang hidup dan punya eksistensi hakiki.
Meski demikian, akan tetap ada dinding pemisah yang tebal antara hati kita dan al-Quran selagi kita membacanya atau mendengarkannya, seolah-olah ia hanya sebagai kumpulan bacaan-bacaan indah yang kosong dan tidak sedikitpun memiliki hubungan dengan realita-realita kehidupan kemanusiaan sehari-hari yang dihadapi umat yang berjuluk umat islam ini."
"Padahal, sebenarnya ayat-ayat al Quran ini diturunkan hanya untuk berdialog dengan jiwa, peristiwa, dan kejadian nyata yang punya eksistensi riil."
"Agar kita ingin efektif memperoleh energi al-Quran, mengetahui hakikat gelora yang tersembunyi di dalamnya:
Kita hadirkan di dalam visi kita tentang eksistensi generasi islam pertama yang menjadi obyek sasaran al Quran untuk pertama kali. Sehingga kita merasa bahwa diri kita juga menjadi obyek sasaran al Quran seperti generasi pertama umat ini dan bahwa kemanusiaan kita yang kita saksikan, kita ketahui, kita rasakan dengan seluruh karakternya punya kesiapan untuk merespon seruan al Quran dan memanfaatkan tuntunannya di jalan yang sama."
"Al Quran... Bagian dari manusia yang dijadikan Al-quran sebagai obyek sasarannya adalah keaslian fitrahnya dan keaslian hakikatnya yang sama sekali tidak berubah dan berganti; ia kuasa untuk mengarahkan hidupnya hari ini dan esok, sebab ia memang disiapkan untuk itu, karena ia adalah firman Allah terakhir, dan karena tabiatnya adalah sama persis dengan tabiat semesta raya ini: TETAP BERGERAK TANPA PERNAH DIGANTI."
[Sumber: Buku Pergerakan Sayyid Quthb]
0 komentar:
Posting Komentar