Selasa, 29 Januari 2013



"Aduh, maaf ya ukh... aku udah lewat batas waktu," keluhku memandangi tiga orang sahabatku; hud, ris, dan usw (sebut saja begitu)

Tepatnya kemarin malam, atau bisa dibilang tiap hari Senin malam, adalah agenda rutin bin wajib Rumah Quran Bintaro Akhwat. Kami dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 orang. Dan normalnya waktu yang dipakai adalah 'jam efektif' yakni 2 jam. Kalo dibagi, berarti seorang punya waktu maksimal 30menit (lebih kerennya setengah jam gitu). Dan target murajaah hafalan kami adalah setengah juz (yang ini lebih keren disebutnya sepuluh halaman, sobat, tak ada banding, tak ada peninjauan kembali)

Kupandangai wajah ketiga sahabatku, memang enam kelopak mata dihadapanku sudah makin menyipit, tanda mengantuk. Masih di lembar ke-3 (Antara surat Al-Fath hingga Ad-dzariyat), sedikit nge-blank. hingga si hud nyeletuk, "aku ngantuk ni lii... :(". Hmm, ingin menjitak sebenarnya, hhe peace. "Ya udah tidur aja sana," tampisku sebal.

Kuhela nafas. Menjaga prasangka. Menahan emosi. Menguatkan semangat. "ah aku pasti bisa"
Lembar ke 6... Sudah mulai lupa menyambung ayat selanjutnya. Gemuruh dihati semakin menyesakkan. 'Arghhh,,, sudah lelah, apa ayat selanjutnya???', ingin sekali menangis.
Berkali lagi, aku diam, menundukkan wajah, dan menghela nafas dalam-dalam.
Kucoba lagi, dan tak ada bantuan dari tiga sahabatku. 'mereka pasti sudah bosan menyimak murajaahku terlalu lama, hiks,'
Jaga prasangkamu, liii....

"aduh, maaf ya..." lirihku memelas.. Namun tak ada respon. mereka tetap dibalik mushaf-mushafnya dengan wajah datar.
'apa benar mereka tak suka lagi' sekali lagi prasangkaku menggoda

Dan di lembar 9, "aduh maaf, waktuku udah lebih dari batas, maaf ya. Boleh ga aku nglanjutin???"
Kalimat itu lama be-resonansi di udara untuk sampai ke tiga temanku...
"O, iya... boleh kok, boleh kok, ayo lii gapapa ko," hampir serempak menyahut.

Ya, atas sambutan mereka yang meski sedikit itu namun hangat, semangatku mulai mengumpul kembali. Ya, atas senyuman mereka meski sekejap itu, memenuhi kembali energi untuk mengingat-ingat hafalanku. Ya, atas tawaran kesungguhan menyimakku, hatiku membuncah senang, yang entah bagaimana murajaahku di halaman terakhir (kesepuluh), halaman penghabisan itu,,, alhamdulillah lancar.

Ah, sahabatku... itulah yang kutunggu sejak tadi. Sambutan hangatmu, senyumanmu, tawaran kesungguhanmu menyimak. Yang sungguh aku malu untuk memintanya darimu, terlebih menemukan caranya, heu ;)

Dan akupun insyaallah akan memperlakukanmu sebagaimana engkau ingin diperlakukan pada moment murajaah hafalanmu.
Karena ku tahu, seperti yang kurasa, bagimu murajaah hafalan itu lebih berat dari sekedar menghafal baru.
Karena ku tahu, seperti yang kurasa, bagimu ingin selalu ada kata 'ayo, engkau pasti bisa' yang keluar dari sahabat murajaahmu
Karena ku tahu, seperti yang kurasa, disepanjang murajaahmu yang sempat terlupa itu melemahkan mentalmu, itu memicu prasangkamu atas dirimu juga sahabat murajaahmu.
Karena ku tahu, seperti yang kurasa, engkau menunggu senyum sahabat murajaahmu tanda ia menikmati menyimak hafalanmu.
Karena ku tahu, seperti yang kurasa, engkau menunggu sentuhan lembut sahabatmu mendarat di bahumu sebagai transferan energinya untukmu.

Maka disinilah hati diuji, atas hafalan, kepercayaan diri, keteguhan, semangat, keikhlasan, ketulusan, ukhuwah, dan suluk (akhlak kita)

"Menyimak hafalanmu selalu membuatku takjub, kawan. maka bagaimana mampu diri ini berkata bosan. Menyimak hafalanmu adalah saat-saat yang nanti akan selalu kurindukan saat kita nanti berjauhan. Menyimak hafalanmu salah satu tambahan syukurku, karena menyadarkanku bahwa aku punya sahabat sholihat seperti dirimu, sahabat yang sedang menghafal kalamNya. Maka bagaimana hati tidak merasakan adanya ketenangan yang mengalir membasahinya jika tiap menyimakmu selalu merasa lebih dekat padaNya, Rabbul Izzati"

Semoga tidak ada lagi raut muka tidak enak, terlihat terkantuk-kantuk, paling menyakitkan jika tak memperhatikannya... tapi yang ada adalah akan selalu tersedia uluman senyum, hangatnya sentuhan, sejuknya sapaan, tulusnya semangat, dan energi cadangan untuk sahabat murajaah kita.

Merekalah sahabat yang sedang kita simak murajaahnya, sahabat canggih, meski berada di dunia namun namanya menggetarkan penduduk langit
Ya, sahabatilah dengan baik, jadilah sahabat murajaah terbaik bagi yang sahabatmu :)

0 komentar:

Posting Komentar