(5 Juni 2012)
"Sesungguhnya setiap umat yang ingin membina dan membangun dirinya," salah satu taujihat Hasan al Banna, "serta berjuang untuk mewujudkan cita-cita dan membela agamanya, haruslah memiliki kekuatan jiwa yang dahsyat. Kekuatan jiwa itu terekspresikan dalam beberapa hal sbg berikut :Tersindir dengan taujih tersebut, kutelisik lagi, agaknya diri ini masih begitu lemah kekuatan jiwanya dalam berjuang : "Membina dan Membangun diri". Tekad membaja yang juga seringkali dibersamai kata melemah setelahnya, kesetiaan yang teguh tapi tak mau kalah ego diri mengungguli, pengorbanan yang juga sering terselip kecacatan disana-sini, apalagi masih minimnya menggali pengetahuan terhadap ideologi yang diperjuangkan.
Tekad membaja yang tak pernah melemah, kesetiaan yang teguh dan tidak tersusupi oleh pengkhianatan, pengorbanan yang tak terhalangi oleh keserakahan dan kekikiran, pengetahuan keyakinan dan penghormatan yang tinggi terhadap ideologi yang diperjuangkan.
Tapi semoga hal itu tak membuat terpuruk. Karena kita 'hanya pernah' mempunyai kekuatan jiwa lemah seperti itu, kita bukan ahli/pemilik kekuatan jiwa yang tak bisa berubah dari taraf lemah. iya kan ^^
Dan membina diri lah sarana kita menguatkan lagi kekuatan jiwa itu...
Benar memang, seperti perjuangan yang merupakan pilihan, membina diripun begitu. Membina diri (halaqoh) diibaratkan kita naik kereta, dia merupakan pilihan, apakah kita bergegas dan ikut naik atau kita tidak peduli dengan jadwal keberangkatan kereta dan bahkan lebih memilih terhanyut tertinggal.
Padahal jika kita renungkan lagi, Tak ada pengaruhnya kita ikut didalamnya atau tidak toh kereta itu akan tetap berjalan. Berjalannya halaqoh adalah sebuah kepastian, tinggal pilihan kita apakah termasuk orang-orang yang menyambut dan bergegas ataukah sebaliknya.
Aku tidak ingin ada yang tertinggal kereta ini sebagaimana aku sendiri tak mau tertinggal. maka itu akupun harus hadir halaqoh bagaimanapun kondisinya, dan begitu juga dengan kalian kan?,
0 komentar:
Posting Komentar