Masih ingatkah kisah Ka'ab bin malik ketika tidak menyertai Rasulullah saat perang Tabuk, kawan?
Inilah ceritanya, ia (Ka'ab) berkata, "Kisahku ketika membelot dari Rasulullah saat perang Tabuk adalah bahwa saat itu aku betul-betul dalam kondisi kuat dan lebih muda daripada sebelumnya. Rosulullah memaparkan informasi peperangan yang ingin dilakukan saat tiba perang Tabuk, peperangan terjadi pada musim yang amat panas, perjalanan yang ditempuh amat jauh, dan musuh yang akan dihadapi amat banyak, karena itu beliau menjelaskan secara terus trang agar umat bersiap-siap untuk itu"Dan bersama kita tahu akhir dari cerita Kaab adalah pengampunan yang indah dari Allah atas kesabarannya menerima hukuman karena lalai dari agenda jihad. Ya, Kaab bukan seorang yang biasa, ia seorang kader dakwah yang qowwi (kuat). Itulah yang mengajakan arti barakah dari berjamaah.
"... kebanyakan orang yang tidak hadir menyangka bahwa ketidakhadirannya tidak akan diketahui, selama tidak ada wahyu yang turun dari Allah. Rasulullah berangkat pada musim buah-buahan masak dan udara sejuk, maka kebanyakan mereka senang berteduh dibawah pepohonannya, maka kebanyakan cenderung bersenang-senang."
lanjutnya, "Rasulullah telah bersiap-siap lalu aku pulang, namun aku tidak melakukan apa-apa. Aku berbisik dalam hati 'Aku mampu melakukan semua itu bila aku mau'. Hal itu terus menggodaku sampai orang-oang bangkit dengan penuh kesungguha. kemudian Rasulullah dan kaum muslimin berangkat, sedang aku tak juga melakukan apa-apa. Aku bisa saja menyusul mereka, seandainya saja aku betul-betul melakukan hal itu, tapi hal itu tak juga kulakukan. Ketika aku keluar selepas keberangkatan pasukan, lalu berjalan-jalan mengitari, maka hatiku sangat sedih karena aku tidak melihat seorangpun yang tertinggal kecuali orang yang tercatata oleh kemunafikan, atau orang-orang lemah yang diberi kelonggaran."
"Ketikasampai kabar kepadaku bahwa Rasulullah telah kembali dari perang Tabuk, aku merasa sedih, lalu memikirkan kebohongan berharap dengannya aku dapat terlepas dari kemurkaan Rasulullah. Namun ketika mendekati masa bertemu Rasulullah, hilanglah kedustaan dariku dan kutahu bahwa aku tak akan selamat dari kemurkaan beliau kecuali dengan kejujuran."
"Pagi itu Rasulullah menemui umat dan datang para pembelot (yang tidak ikut perang) hadir untuk menemui beliau, mereka bersumpah dan mengemukakan berbagai alasan. Rasulullah hanya menerima pernyataan mereka, memohonkan ampun untuk mereka dan menyerahkan apa yang tersimpan dalam hati mereka pada Allah."
"Aku pun datang, beliau bertanya kenapa aku tidak datang. Aku menjawab 'Sesungguhnya wahai Rasulullah, demi Allah, sekiranya aku mengatakan kebohongan pada engkau, tentu engkau akan ridho kepadaku, tapi Allah akan membuatmu murka padaku. Sesungguhnya tidak ada suatu udzur pun untukku saat itu'. Rasulullah berkata 'engkau telah jujur, pergilah dan tunggulah keputusan Allah'."
Seorang kader dakwah yang qowwi, ia akan mengazzamkan bahwa tak akan pernah ia sampingkan agenda dakwah selain jika dibenturkan dengan kerja dakwah lainnya. Maka apa rasanya ketika suatu malam, ia terlambat datang dalam kajian karena lamanya ia makan? atau ia terlambat karena lamanya bersiap-siap? bahkan sengaja untuk melewatkannya? barangkali ada yang menganggapnya biasa tak masalah, namun bagi seorang yang bercita menjadi kader qowwi ia tak akan mudah melupakan tanpa penyesalan mendalam.
Mungkin banyak yang akan bilang padanya, "ah, lebay banget kamu -,-" -habits, hhe peace 3jari
Tidak. Bagi seorang kader qowwi, ia memahami agenda-agenda dakwahnya sebagai kewajiban.
“Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai”. (KH Rahmat Abdullah)
ah, saya sangat iri dengan itu semua, ingin kumiliki tsabat (kekokohan) seperti mereka. Namun agaknya belum kupunyai dalam hati. masih banyak yang kulalaikan meski mulut terus mengucap akan bisa komitmen, namun ketika benar aku sedang lalai tanpa udzur yang jelas setidaknya kuingin seperti Kaab bin Malik.
Tegurlah diri ini. Sangat sedih rasanya jika dakwah memberikan izin ketika kita tidak bisa menunaikan haknya (dakwah) hanya karena udzur yang kurang syar'i. Pemberian izinmu membuatku ragu melangkah, hingga kutegaskan "apa saya diizinkan tidak liqo?"
Bukan berarti berharap tidak engkau izinkan. Jikapun tidak engkau izinkan, maka tidak ada kekecewaan padaku, hanya saya mungkin aku akan mengecewakan temanku. Tapi tak juga berharap engkau mudah mengizinkanku tanpa ada persyaratan. Semoga selalu ada kesempatan untuk berusaha menjadi kader yang qowwi, setidaknya hanya berbentuk bersitan keinginan itu dihati. Dan tak ingin kulepas lagi.
#Karena liqo itu benar agenda utamanya dalam dakwah ^^3
@Rq 14:20
230113
0 komentar:
Posting Komentar