Senin, 28 Januari 2013


Tak kunjung usai... Terlebih atas perasaan bersalah telah menyatukan hati-hati yang punya luka sama. Bukan sembuh yang didapat, namun luka itu kian parah, kian meluas. Mungkin sudah terhimpun dalam sedalamnya hati yang dimiliki, sudah mengerak keras. Aku tak tahu sedalam apa tersimpan pada masing-masing hati itu. Namun harus ada yang bertanggung jawab atas semua itu dan inilah yang akan diikhtiarkan (bersama). Menyembuhkan lagi besarnya luka itu. Tentu tak seperti membalikkan telapak tangan. Butuh proses. Butuh waktu-tak tahu berapa lama. Tapi kau tak akan sendiri. kita akan menyembuhkan itu bersama... Hanya butuh kau percaya, ini adalah tarbiyah dari Allah untuk kita. Allah ingin kita bisa memaknai hikmah yang akan menjadi penting dalam hidup kita melalui prosesNya yang tak kau duga, tentu prosesNya yang indah. Maka, bertahanlah - kuserukan ini pada diriku dan kalian, teman.

Sedikit saja yang mungkin bisa mewakili seluruh lelahnya hati..
"Engkau mengeluhkan saudaramu tak menegurmu, tak mendahuluimu dengan salam dan saudaramu yang lain tidak dinamis dan produktif?Apakah engkau sendiri telah memulai teguran dan salam kepadanya? Tidakkah engkau sadar, ketika tak ada lagi yang jadi teladanmu, engkaulah teladan mereka, bergeserlah pundak keteladanan(kepemimpinan) padamu dan bagaimana engkau menjawab atas kepemimpinanmu..."
"Sungguh diri ini adalah penipu ulung... yang kerap kali menyatakan menghamba padaNya, kerap pula bermaksiat dibelakangNya... Meski begitu, Allah tetap memberi nafas, tetap memberi kebaikan pada diri ini, tetap memberi kesempatan agar kita kembali padaNya... Masihkah diri ini layak dengan seluruh egoisme dan kepongahan dalam hati"

Bersaudara dalam senang dan susah

Belakangan, jama'ah dengan sejumlah prestasi gemilang dan nilai-nilai yang diwarisi sang Imam ini, juga digelari sebagai zuwwarus sijn (pengunjung tetap penjara), yang kerap tanpa landasan hukum yang jelas. Saat penghuni lainnya berkelahi memperebutkan selimut yang tak cukup, air yang kurang, makanan yang minim dan bangsal penjara yang penuh sesak, mereka telah selesai menata siapa yang lebih banyak hafalan, sepenuh al Quran, sepertiganya, setengahnya, dan seterusnya. Atau lebih dalam dan luas ilmunya, untuk kemudian segera memulai program penghafalan Al Qur'an, kuliah penjara atau program lainnya. Mereka keluar dengan peningkatan prestasi hafalan Al Qur'an, tambahan bahasa asing dan selesai beragai strata kuliah dengan gemilang. Kamar yang sesak tak jadi soal. Yang idur belakangan merelakan pangkuannya menjadi bantal bagi saudaranya dan sebaliknya.

(Ust.Rahmad Abdullah)

 Semoga dari semua ujian dan tarbiyah yang kita hadapi, Allah mengganti kelelahan dan kesabaran hati kita dengan ayat-ayatNya yang tersimpan dalam hati kita...



----
Rq 030113
11pm

0 komentar:

Posting Komentar