(20 November 2012)
“Allah melihat ke dalam hati para hambaNya,” demikian
‘Abdullah ibn Mas’ud berkata, “Dan didapatiNya hati Muhammad saw. adalah yang
paling putih. Maka Allah memilihnya menjadi Nabi dan utusan yang membawa
risalah penutupNya. Lalu Allah melihat lagi ke dalam hati para hambaNya, maka
didapatinya hati sahabat-sahabat Muhammad adalah yang paling jernih. Maka Dia
pun menjadikan mereka sahabat yang mendukung dan menolongnya dalam menegakkan
risalah.”
(ddu)
Ya Rabb,,, aku bukanlah seorang yang terjaga semenjak kecil.
Bahkan dewasaku kini, hanya serasa seonggok daging yang pergi kesana-kemari
membawa kotoran.
Tapi Engkau jumpakan aku dengan mereka,,, wanita-wanita yang
mampu membuat bidadari surgaMu cemburu. Mereka Engkau jadikan mereka sahabatku,,,
dalam satu perjuangan ini.
Teringat beliau… yang telah mengenalkan dan
membukakan pintu ‘tarbiyah’ ke dalam bentangan pemahaman ini. Ya, beliaulah, murabbiyah
pertamaku.
Yang tanpa kusadar telah menanamkan rasa cinta dalam rongga
pikiran dan hati ini sehingga ia bisa terikat dalam jalinan ukhuwah
dengan saudara-saudaranya seiman dan seperjuangan.
Hingga kini, aku merasakan jalinan ukhuwah itu dengan
saudara-saudara yang bahkan tak hidup sezaman, tak pernah bejumpa…
Namun ada perasaan telah ‘dekat’ dengan sosok-sosok seperjuangan;
baik generasi perintis yang sudah lebih awal hidup, se-generasi, maupun
generasi penerus yang dirindukan kelahirannya untuk menggaungkan takbir di
seluruh sudut bumi.
Terimakasih Rabb,,,
Karena Engkau lah yang telah menghimpunkan hati-hati kami
untuk berpadu… dengan mereka, wanita-wanita yang membuat para bidadari surgaMu
cemburu. Karena mereka teguh berjuang dan saling bermesra di jalanMu. Benar,
itu bukan kuasa kami… itu semata adalah kuasaMu
Sebagaimana firmanMu :
“dan Allah lah yang mempersatukan hati
mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah yang telah menyatu padukan hati mereka...” (Q.s. Al-Anfaal
: 63)
Maka inilah karunia dan nikmat yang sering luput untuk
mensyukurinya… karunia terbesar, mengenal dan saling membersamaimu;
kawan, sahabat, saudari…
Lebih seringnya aku merasa ingin memenanginya dalam segala
hal hingga akulah yang terlihat paling sempurna dan paling dicinta banyak
orang. Kecenderungan itu selalu ada memang. Namun teringat status seorang
saudari (LMS) : ‘Bukankah berada di antara orang-orang sholih itu sudah menjadi
kebanggaan,,,,”
Yap benar sekali. Biarlah persahabatan dengan orang-orang
sholih menjadi pemacu untuk lebih dekat pada Rabb kita hingga Allah-lah yang
menilai diri kita…
-malam berlalu, tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung
rindu kepada mereka yang wajahnya mengingatkanku akan surga. Wahai fajar
terbitlah segera, agar sempat kukatakan pada mereka “aku mencintai kalian
karena Allah”-
Spesial untuk mbak Riska Uzlifah, Murabbiyah-murabbiyahku, Ustad-Ustadzah,
Remas Miftakhul Abrar SMADAJO ‘tiga’ angkatan, saudari-saudari liqo paguyuban
(liqo pertamaku), Saudari terkasih widya, saudari-saudari liqoku yang sekarang
(KEBAB be), RUQUN akhwat, akhwat STAN 2010 dan akhwat dua generasi di
atasku, Shofwah, Akhwat Iqro club, Adik2 binaan; VIP, Khaula, Khansa, Syauqi,
dan lingkaran ira yang belum sempat punya nama, dan saudari di tiap nafas doaku
dan doanya…
-Uhibbukum fillah-
Ruqun Bintaro
23:40
(terinspirasi dari
sepanjang perjalanan Azzam dan Abu
yang dituntun pengendaranya dari rumah seorang murabbiyah hingga gang jengkol
malam ini,,,)
0 komentar:
Posting Komentar