Jumat, 21 Juni 2013



Dan apakah teman-teman tahu, diantara banyak cerita tiga tahun perjalananku di STAN ini, sekarang hanya ini yang bisa kuakui: “Fabiayyi alaai rabbikuma tukadzibaan (Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?)”


**
1.       Mungkin saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mengenal Rabb ku lebih dekat. Ini yang utama buatku, kuharap juga untuk teman-teman. Adakah kebahagiaan teragung selain berhasil meraih ridhoNya?
Saat awal masuk STAN, saya berkesempatan ikut ‘Mentoring’, sebuah kegiatan dari lembaga keagamaan kampus: MBM (Masjid Baitul Maal). Dalam mentoring, dikaji ilmu-ilmu islam bersama seorang guru ngaji (disebutnya: Murabbi/ah). Dan dalam satu kelompok mentoring, terdiri atas 5-10 teman yang sama-sama masih berstatus mahasiswa baru. Mentoring adalah sebuah pembinaan yang dilakukan seca terus-menerus. Biasanya mentoring dilakukan seminggu sekali.

2.       Mungkin saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak menemukan orang-orang yang baik, seperti teman-teman satu mentoringku. Dan merekalah yang kusebut sebagai keluarga pertamaku di STAN. Buat saya, arti seorang sahabat yang baik bukan hanya yang menemani suka duka kita, namun ada sifat luhur darinya, yakni selalu mengingatkan kita di kala salah dan tak bosan mengajak kita melakukan kebaikan bagi siapa saja.  Dan tentunya teman-teman lainnya: kelas, kosan, organisasi, organda, dll.

3.       Mungkin saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mampu mengartikan ‘sesuatu’ yang kumau dalam hidupku, tak bisa merumuskan apa ‘tujuan’ hidupku, tak mampu berfikiran dan bersikap dewasa. Dewasa bagiku adalah soal bagaimana bisa mengerti tentang diri kita dan orang-orang sekitar kita, kepentingan kita dan kepentingan orang lain. Dewasa bagiku adalah saat hati dan pikiran tak lagi hanya bersifat ego-sentris yang hanya hidup untuk memenangkan keentingan diri sendiri.


4.       Mungkin saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mengetahui ilmu-ilmu manajerial, kesekretariatan, bersosialisasi, mengembangkan kapasitas dan emosi social/ketika bersama orang lain. Dan itu semua adalah yang kudapat dari berorganisasi di STAN. Organisasi-organisasi yang bagus dan terjaga dari hal-hal negative.

5.       Mungkin saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mempunyai cita-cita untuk bisa menjadi seorang hafidzah. Karena di STAN lah, aku baru mengerti bahwa semua orang bisa menghafalkan al-quran. Karena di STAN lah, aku dipertemukan orang-orang yang mencintai al Quran dan sedang menghafalkan alQuran disamping aktivitas kuliahnya di STAN, dan ternyata mereka mampu melakukannya.  Ya, kini aku kost di ‘asrama Rumah Quran STAN’ dengan program menghafalkan alQuran, yang sama sekali tidak mengganggu perkuliahan di STAN.


6.       Mungkin saja jika aku tak kuliah di STAN, aku abai tentang pemasalahan-permasalahan Negara ini. Karena salah satunya tidak akan bisa bertemu dengan para dosen yang begitu besar dedikasinya pada Negara yang mengajarkan untuk kami kenapa kami harus mengabdi pada Negara. Menjadi prajurit-prajurit kebaikan di Kementerian Keuangan.

7.       Mungkin saja jika aku tak kuliah di STAN, sekarang aku tak bisa menuliskan ini semua.

**
Tulisan atas permintaan untuk ditampilkan di blog organda Jombang

0 komentar:

Posting Komentar