Dan apakah teman-teman tahu, diantara banyak
cerita tiga tahun perjalananku di STAN ini, sekarang hanya ini yang bisa
kuakui: “Fabiayyi alaai rabbikuma tukadzibaan (Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?)”
**
1.
Mungkin
saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mengenal Rabb ku lebih dekat. Ini
yang utama buatku, kuharap juga untuk teman-teman. Adakah kebahagiaan teragung
selain berhasil meraih ridhoNya?
Saat awal masuk STAN, saya berkesempatan
ikut ‘Mentoring’, sebuah kegiatan dari lembaga keagamaan kampus: MBM (Masjid
Baitul Maal). Dalam mentoring, dikaji ilmu-ilmu islam bersama seorang guru
ngaji (disebutnya: Murabbi/ah). Dan dalam satu kelompok mentoring, terdiri atas
5-10 teman yang sama-sama masih berstatus mahasiswa baru. Mentoring adalah
sebuah pembinaan yang dilakukan seca terus-menerus. Biasanya mentoring
dilakukan seminggu sekali.
2.
Mungkin
saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak menemukan orang-orang yang baik,
seperti teman-teman satu mentoringku. Dan merekalah yang kusebut sebagai
keluarga pertamaku di STAN. Buat saya, arti seorang sahabat yang baik bukan
hanya yang menemani suka duka kita, namun ada sifat luhur darinya, yakni selalu
mengingatkan kita di kala salah dan tak bosan mengajak kita melakukan kebaikan
bagi siapa saja. Dan tentunya
teman-teman lainnya: kelas, kosan, organisasi, organda, dll.
3.
Mungkin
saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mampu mengartikan ‘sesuatu’ yang kumau
dalam hidupku, tak bisa merumuskan apa ‘tujuan’ hidupku, tak mampu berfikiran
dan bersikap dewasa. Dewasa bagiku adalah soal bagaimana bisa mengerti tentang
diri kita dan orang-orang sekitar kita, kepentingan kita dan kepentingan orang
lain. Dewasa bagiku adalah saat hati dan pikiran tak lagi hanya bersifat
ego-sentris yang hanya hidup untuk memenangkan keentingan diri sendiri.
4.
Mungkin
saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mengetahui ilmu-ilmu manajerial,
kesekretariatan, bersosialisasi, mengembangkan kapasitas dan emosi social/ketika
bersama orang lain. Dan itu semua adalah yang kudapat dari berorganisasi di
STAN. Organisasi-organisasi yang bagus dan terjaga dari hal-hal negative.
5.
Mungkin
saja jika aku tak kuliah di STAN, aku tak mempunyai cita-cita untuk bisa
menjadi seorang hafidzah. Karena di STAN lah, aku baru mengerti bahwa semua
orang bisa menghafalkan al-quran. Karena di STAN lah, aku dipertemukan
orang-orang yang mencintai al Quran dan sedang menghafalkan alQuran disamping
aktivitas kuliahnya di STAN, dan ternyata mereka mampu melakukannya. Ya, kini aku kost di ‘asrama Rumah Quran STAN’
dengan program menghafalkan alQuran, yang sama sekali tidak mengganggu
perkuliahan di STAN.
6.
Mungkin
saja jika aku tak kuliah di STAN, aku abai tentang pemasalahan-permasalahan Negara
ini. Karena salah satunya tidak akan bisa bertemu dengan para dosen yang begitu
besar dedikasinya pada Negara yang mengajarkan untuk kami kenapa kami harus mengabdi
pada Negara. Menjadi prajurit-prajurit kebaikan di Kementerian Keuangan.
7.
Mungkin
saja jika aku tak kuliah di STAN, sekarang aku tak bisa menuliskan ini semua.
**
Tulisan atas permintaan untuk ditampilkan di blog organda Jombang
0 komentar:
Posting Komentar