Tepat tanggal 1 Juni, tante saya yang di Samarinda, mengabarkan via sms kondisinya sedang sakit dan tak ada seorangpun yang merawat. Langsung saya membalas sms beliau,'InsyaAllah saya kesana segera setelah outline di-acc dosbing'. Dengan tekad membulat, saya coba hubungi orangtua untuk minta izin... dan diizinkan, Alhamdulillah.
Baru saya sadar bahwa saya akan naik pesawat diatas lautan- hal yang belum pernah saya lakukan. Hm, sempat gentar mengingat dulu pernah ada pesawat yang hilang jatuh di lautan beserta seluruh awak dan penumpang pesawat. Juga belum pernah saya melakukan perjalanan terbang itu sendirian. Ya, cukup gentar, gentar untuk berbagai kemungkinan terburuk; menghadapi kematian.
Bukan saya tidak pernah melakukan perjalanan karena gentar akan hal-hal buruk, namun yang ini berbeda, entah apa, mungkin saat itu dalam kondisi iman yang sungguh lemah. Ya, saya ternyata tak sadar bahwa hari-hari sebelumnya yang entah dimulai sejak kapan, berita 'kematian' telah lalu dari ingatan. Merasa akan bisa lama hidup didunia, untuk terus beramal dan mewujudkan cita-cita.
Sebelum saya mantapkan akan berangkat, saya meminta nasihat beberapa teman saya, yang sangat membuat malu terhadap diri saya sendiri. Saya sangat takut, bukan lagi pada berita 'kematian', namun terhadap wahan (cinta dunia dan takut mati)
"Banyak orang yang takut mati dalam perjalanan, padahal mereka tidak sadar bahwa lebih banyak orang yang mati ketika dia sedang tidur di atas kasur empuknya." Satu kalimat menamparku, membasahi hati. Trimakasih sahabatku
Saya belum puas, satu lagi kutanya pada yang lain
"Dilihat lagi niatnya... Orang naik sepedapun bisa nabrak dan meninggal, tidak harus naik pesawat diatas lautan."
Iya, saya tahu sebenarnya, namun perasaan gentar itu ada. Mengingat sudah cukupkah bekal yang bisa kubawa menghadapNya, dan kurasa belum cukup, aku tak tahu.
Maka, insyaAllah ini karena Allah, saya putuskan untuk terbang ke Samarinda tanggal 7 Juni. Benar... Saya seperti akan menghadapi berita 'kematian' pada hari itu. Saya pun berusaha untuk sesegera membayar utang-utang, menepati janji-janji, meminta maaf pada orang-orang yang kujumpai.
Namun akhirnya saya tidak jadi berangkat, ya ini rencanaNya untukku. Tanteku akhirnya dijemput saja di bandara dan dirawat di Banyuwangi, rumah mbah kung. Kamis pagi tanteku mengabari itu via sms, ya ini rencanaNya untukku, hampir saja rabu malamnya aku sudah pesan tiket online namun kuurungkan karena sudah larut malam untuk segera transfer lewat atm.
Ya, momen ini memberikan banyak hal pelajaran bagiku bahwa tak kan pernah kita merasa aman dari berita 'kematian'... sedetikpun...
Alhamdulillah
0 komentar:
Posting Komentar