Senin, 28 Januari 2013


-301212-



Adalah saudari-saudari saya yang sepagi ini sudah menyiapkan semangat menguatkan tekad, "InsyaAllah ini demi Jombang Madani" gemuruh dalam hatinya. Merekapun berboncengan menuju kota kelahirannya... Liburan? Bukan. Sekedar bertemu orangtua? Bukan juga. Namun dengan harapan perjalanan 2 jam Sby-Jbg itu untuk mencari keberkahan baru bagi dakwahnya. Mencoba melahirkan amal baru. Menyemai semerbak harum ukhuwah baru. Hanya itu... untuk memenuhi seruan syuro Progja Forsijo pagi jam 8 ini. Setelahnya balik ke perantauan memenuhi tanggung jawabnya yang lain disana. Ah tak kan cukup kutulis disini rasa syukurku pada mereka yang mengajarkan arti kesungguhan dan tadhiyyah dalam dakwah.

Kubaca lagi tulisan Ust. Rahmad Abdullah dalam bukunya 'Untukmu Kader Dakwah' sebagai pengingat diri, sebagai penyembuh semangat yang kerap memudar ditambah jiwa yang seringkali melemah, adalah tentang :

"At Tadhiyah (Pengorbanan)," pembahasan ke-5 dalam 10 pilar komitmen da'i,

"Kemauan yang jujur akan wujud dalam aplikasi yang berani menantang bahaya dan segala hambatan, seperti akar yang sehat menembus tanah yang keras dan bebatuan. Ketika kaum beriman dihadang berulang kali, yang muncul adalah keberanian dan kelezatan merespon tantangan."

"Mengapa nabi Ismail dan nabi Ibrahim digelari sang jujur? Apa jadinya bila nabi Ibrahm gagal meninggalkan Ummu Ismail dan Ismail di lembah tak bertanaman di sisi rumahNya yang dihormati? Apa jadinya bila Ismail yang beranjak remaja memanfaatkan kemanusiaan bapaknya agar tak terjadi pengorbanan besar itu? Jelas mereka akan menjadi orang yang tak pernah punya peran di atas panggung sejarah, karena sejarah tak pernah mau mengabdikan orang-orang biasa yang perjalanannya datar tanpa tantangan."

"Seseorang yang dapat menikmati kekaguman terhadap rutinitas ibadah ritualnya dan ia menikmati ketentraman beribadah sambil melupakan tugas jihad lisan mencegah kemungkaran di masyarakat, penaka burung unta yang merasa telah aman karena berhaasil menyembunyikan kepalanya ke dalam gundukan pasir, namun ia tak pernah akan aman dari tuntutan Allah. Suatu hari Allah memerintahkan malaikatNya untuk menumpahkan adzab kepada penduduk suatu negeri. 'Ya Rabbi, disana ada seorang yang shalih,' lapor malaikat dan Allah sungguh telah tahu hal itu. 'Justru mulailah dari dia, karena tak pernah wajahnya memerah karena-Ku (ketersinggungan karena kehormatan Allah di hinakan).' -HR.Ahmad "

"Mukmin sejati takkan bergembira karena tertinggal dari kesertaan berkorban, betapapun udzur membei mereka rukhshah(keringanan), namun 'Mereka berpaling dengan mata yang basah menangis, karena mereka tak menemukan biaya(untuk biaya angkutan perang)' -QS At Taubah: 92 "

Hujan. Tepat saat dhuhur. Sebelumnya,,, sungguh tak mudah menemukan beberapa kalimat sepakat apa Progja kami. Hampir 3 jam, dengan ikhtiar menemukan gagasan dan harapan terbaik dari semua peserta syuro. "Ya memang tidak mudah, maklum, karena kita masih awal," berulangkali salah satu senior kami menyemangati. Ya, beberapa mulai menuangkan ide, beberapa bertanya lagi, beberapa menunggu keputusan ketua, dan ada yang be-raut muka paling tegang dari awal hingga akhir."

Inilah Program Kerja yang disepakati - yang semoga barakah
* syawal depan1434H ikhwah yang datang silaturahim minimal 150 orang
* Pendataan masing2 korwil seeebanyAk-banyaknyaaaa (INTINYA “MERAPIKAN DATABASE”)
^_^

Acara diakhiri dengan tausiyah dari seorang masyaikh dakwah Jombang - Bpk. Rochmad Abidin (yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan khas 'MAS BIDIN'). Tausyiah singkat namun sangat menguatkan.
"Sebenarnya antum tidak perlu banyak tausiyah... ana lah yang perlu antum beri tausiyah karena ana lah yang kerja di lapangan, semakin lama proses tarbiyah kita maka semakin dibutuhkan keikhlasan," dengan pembawaan santai-gaya khasnya- beliau menceritakan masa-masa mihwar Tandzimi hingga persiapan menuju mihwar Daulah.
Tapi ini bagian yang sangat saya sukai : "Semua akhirnya kembali lagi berpijak pada satu prinsip : Sadari dengan benar bahwa kita hanyalah seorang kader dakwah, maka selanjutnya kita pahami dan amalkan untuk berdakwah dimanapun kita berada dan sebagai apapun kita dalam proses membangun peradaban islam ini. Berikanlah kontribusi terbaikmu."
lanjutnya, "kokohkan Arkanul Baiah dalam pribadimu."

Ya, kita layaknya batu bata. maka jadilah batu bata berkualitas. karena mahar perjuangan itu mahal. Menjadi batu bata terbaik. Baik kita yang sekarang sedang sebagai generasi ta'sis (perintis) maupun yang sekarang sedang sebagai generasi penerus. karena pengorbanan generasi yang satu tidak bisa menjadi tiket untuk kemenangan generasi selanjutnya, tetap dibutuhkan pengorbanan yang sama mungkin dalam bentuk yang berbeda.

------------
*teruntuk diriku yang masih harus banyak belajar menuntaskan amanah dengan ahsan, biar diri ini merasa malu untuk sekedar bilang 'afwan' saat melewati batas deadline tugas dari ketua, meski tidak disengaja
*teruntuk teman2 forsijo atas semangatnya yang menjaga saat raga saling jauh

RumahQuran Bintaro
030113, 10am

0 komentar:

Posting Komentar